Friday, 18 August 2017

masuknya islam di Desa Wiradesa


MASUKNYA ISLAM DI DESA WIRADESA
KECAMATAN WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN
PROPINSI JAWA TENGAH


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Drs. IBNU HAJAR











Disusun oleh :
                                                NAMA            : ANAS ASRORI
                                                NIM                : 200716150



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SHOLAHUDIN AL AYYUBI STAISA JAKARTA
TAHUN 2011





KATA PENGANTAR

                                                Bismillahirrokhmanirrokhim

            Alkhmadulillahirobbil alamin, penulis panjatkan kehadlirat Allah swt yang telah memberikan penulis petunjuk Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan tugas oleh Dosen dengan mata kuliah Sejarah Peradaban Islam ( SPI ).
            Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis didalam menyusun sebuah makalah yang dapat menjadi acuan dasar Islam masuk di desa penulis.
Untuk itu ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada :
1. Bapak. KH. M. Chadliri,H.Slamet Abdus Salam dan H.M. Kurdi sesepuh desa Wiradesa yang telah berkenan menjadi nara sumber makalah ini.
2. Bapak. Drs. Ibnu Hajar sebagi dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah membekali penulis bimbingan, sehingga penulis dapat meneyelesaikan penulisan makalah ini.
3. Sahabat-sahabat penulis yang telah banyak memberikan motivasi dan doanya.
            Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, penulis berikan penghargaan yang setinggi-tingganya dan semoga menjadi amal kebaikan mereka sehingga mendapatkan pahala dari Allah swt, amin.
            Harapan penulis semoga makalah yang berjudul “ MASUKNYA ISLAM DI DESA WIRADESA KECAMATAN WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN PROPINSI JAWA TENGAH“ ini bermanfaat bagi semua yang berkenan membacanya.
            Akhirnya penulis menyadari, bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharap saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.Atas kekurang sempuranaan ini penulis mohon maaf yang sebasar-besarnya.
                                                                                   

Wiradesa, 15  Pebruari 2011
                                                                                    Penulis,

                                                                                   

M. ASRORI
                                                                                    NIM : 20017 16150





ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
HALAMAN KATA PENGANTAR………………………………………………ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..iii

BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………………1
              A. Latar Belakang ……………………………………………………….1
              B. Rumusan Masalah ………………………………… ………………...1

BAB II            : PEMBAHASAN ………………………………………………………..3
A. Letak geografis ………………………………………………………………..3
B. Islam masuk …………………………………………………………………..3
C. Perkembangan Islam ………………………………………………………….5

BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………10
A. Kesimpulan……………………………………………………………………10
B. Sumber Data ………………………………………………………………….11

















iii

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melacak sejarah masuknya Islam di Desa Wiradesa Kecamatan Wiradaesa Kabupaten pekalongan bukanlah urusan yang mudah.Tidak banyak jejak peninggalan yang bisa dilacak.Ada beberapa pertanyaan awal yang bisa diajukan untuk menelusuri kedatangan Islam di Desa Wiradesa. Beberapa pertanyaan itu adalah ;dari mana Islam datang ?, Siapa yang membawanya ? dan Kapan datangnya ?

Tidak ada buku yang ditulis, tidak ada peninggalan dari para pembawa ajaran Islam yang ditinggalkan kalaupun ada sekarang sudah punah,nyaris tidak ada sama sekali, sehingga didalam penulis menelusuri jejak islam di Desa Wiradesa mengalami tingkat kesulitan yang luar biasa. Namun berkat penelusuran penulis dengan cara minta keterangan-keterangan para sesepuh Desa Wiradesa,maka penulis dapat menjelaskan hasil penelusuran dimaksud walaupun sangat jauh dari sempurna.Setidaknya tulisan penulis ini dapat dijadikan suatu pijakan tonggak sejarah adanya Islam di Desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.

            Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut penulis menelusuri jejak peninggalan Islam yang masih ada dan meminta keterangan kepada para sesepuh desa yang dapat penulis temui sebagai bahan penulisan.

B. Rumusan masalah

            Adalah menjadi penting untuk mengetahui Islam masuk di desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah,karena hal tersebut menjadi sumber sejarah masuknya Islam di desa itu dan situs




2

peninggalannya yang semestinya dapat diketahui secara umum oleh masyarakat dan dapat dilestarikan.

            Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut ;

1. Kapan Islam itu datang ?
2. Siapa yang membawa ajaran Islam itu ?
3. Dengan cara apa Islam masuk di Desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah ?.
4. Adakah peninggalan dan situs zaman Islam awal masuk ?
5. Bagaimana perkembangan Islam dari awal masuk sampai saat ini ?

           



















3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Letak Geografis

            Bahwa Desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten pekalongan terletak di daerah Pantura ( pantai utara ), yakni ;
1. 10 KM dari Pantai utara Pulau Jawa
2. 3 KM dari Ibukota Kecamatan
3. 18 KM dari Ibukota Kabupaten
4. 110 KM dari Ibukota Propinsi
5. 380 KM dari Ibukota Negara

            Dari letak geografis desa  yang tidak jauh dari jangkauan transportasi baik darat dan laut, maka menjadi sangat mudah akses masuknya Islam di Desa Wiradesa.
Letak yang sangat setrategis itulah para pejuang Islam dengan mudah membawa ajaran Islam masuk di desa Wiradesa.

B. Masuknya Islam di Desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah.

            Untuk mengetahui kapan islam mulai  masuk di Desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah ? Pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab secara pasti karena tidak ada bukti tertulis yang menyebutkan secara pasti. Untuk itu penulis hanya dapat memperkirakan berdasarkan beberapa bukti yang dapat ditemukan dan penuturan para sesepuh desa.
            Bahwa Islam masuk di Desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah yakni setelah pesatnya Islamisasi di Indonesia yakni setelah abad 14 M – 15 M , yaitu pada abad 16 M, antara lain disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu Budha di







4

Nusantara. Kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk. Islam datang dengan jalan damai , tidak dengan perang, tidak dengan merebut kekuasaan. Islam masuk dengan cara yang benar-benar menunjukkan sebagai rohmatan lil’alamin.
           
            Menurut penuturan para tokoh dan sesepuh desa bahwa Islam masuk di desa Wiradesa pada abad 16 M dibawa oleh Syekh Tholabuddin  merupakan utusan dari sultan Banten ( saat itu Syekh Hasanudin )
Syekh Tholabudin datang ke Pekalongan yang dituju adalah  ke Kajen dengan membawa sebuah misi, yang   menurut nara sumber tidak mengetahui secara pasti tujuan kedatangan syekh Tholabudin tersebut.
Pada wakktu itu desa Wiradesa penduduknya masih memeluk agama Hindu Budha dan animisme, dinamisme bahkan ada agama bernama agama Sri, yang sampai saat ini ajaran ajaran Sri tersebut masih berjalan dalam hal adat istiadat yang dikenal dengan Sedekah Bumi.

            Syekh Tholabudin akhirnya kawin dengan perawan desa Wiradesa ( tidak diketahui siapa namanya ). Dari hasil perkawinananya menurunkan anak keturunan dengan silsilah sebagai berikut :
KH. Barkawi bin KH.Faqih bin KH.Saripin bin KH.Jamal bin KH. Jamil bin Kyai Syamsudin bin Syekh Tholabudin
Syekh Tholabudin meninggal dunia dan makamnya berada di Desa Masin Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang.

            Penulis hanya bisa mendapatkan keterangan masuknya Islam di Desa Wiradesa dimulai pada zaman KH. Faqih.
KH.Faqih setelah mendapatkan ilmu agama dari ayah dan kakeknya , beliau meneruskan perjuangan orang tuanya dengan mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat, dan pada tahun 1890 M mendirikan Tajug ( sekarang musholla ) berukuran 5 M x 7 M sebagai wahana untuk sholat berjamaah dan sebagai wahana / tempat menempa ilmu agama, namun tidak banyak masyarakat yang sholat berjamaah di Tajug itu karena masyarakat Desa Wiradesa masih kental dengan kepercayaan dan keyakinannya yaitu animisme dan dinamisme.



5

Pada tahun 1900 di tempat berbeda ( dukuh Secumpleng ) ada seorang bernama Kundono ( setelah berangkat Haji maka namanya diganti dengan sebutan Haji Abdul Gani ) yang sangat peduli dengan Islam, maka didirikan pula Tajug
KH. Faqih kawin dengan seorang perempuan desa Wiradesa yang dikenal dengan sebutan Nyai Pin dari hasil perkawinannya lahirlah 3 ( tiga ) orang anak :
1. Jambari
2. Mariyah
3. Juwahir ( KH. Barkawi )

C. Perkembangan Islam di Desa Wiradesa

            Dari KH.Faqih dan Nyai Pin inilah Islam di Desa Wiradesa mulai berkembang dengan pesat dari keluarga satu ke keluarga yang lain dan juga dari proses perkawinan.
Ke Tiga anak KH.Faqih tersebut mempunyai keahlian dan cara sendiri dalam menyebarkan Islam.
Anak pertama bernama Jambari setelah mendapatkan ilmu dari ayah dan kakeknya dia ( jambari ) menyebarkan Islam dengan cara membekali diri ( mempelajarai ilmu beladiri, kanuragan dan kasaktian ).
Suatu ketika Jambari dalam kehidupannya pernah diadu kesaktiaanya dengan orang Cina yang bukan islam, dengan persyaratan kalau Jambari bisa mengalahkan Orang Cina tersebut , maka Orang Cina itu akan masuk Islam.
Perkelahian dan adu kesaktian berlangsung di Tegal, Karena Cina itu orang Tegal.Dengan bekal ilmu bela diri yang Jambari punya maka orang Cina tersebut dengan mjudahnya dikalahkan oleh Jambari.Sejask itu Orang Cina itu masuk Islam.  
            Sedang Mariyah anak ke dua dari KH.Faqih, dia dipersuntinmg oleh orang dari desa tetangga yaitu pemuda dari Desa Silirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.

            Adapun anak KH.Faqih yang ketiga bernama KH.Barkawi.






6

KH.Barkawi dulunya bernama Juwahir, setelah berangkat Haji ke Tanah Suci, maka namanya diganti dengan nama Barkawi.Seperti halnya Jambari, Barkawi menimba ilmu dari ayah dan kakeknya. Dengan bekal ilmu yang dimiliki, beliau meneruskan perjuangan ayah dan kakeknya yaitu mengajarkan ilmu agama pada
masyarakat desa Wiradesa di Tajug satu-satunya itu dengan dibantu oleh seorang lebe bernama Mukhayat.

            Barkawi kawin dengan seorang perempuan bernama Marjonah, dari perkawinannya beliau mempunyai anak 12 ( dua belas ) orang :
            1. Bajuri
            2. Maemunah
            3. M. Jupri
            4. Jahro
            5. Mashadi
            6. M.Sohari
            7. Dimyati
            8. M.Chadiri
            9. Khudlori
            10. Agus Kholik
            11. Khumaedi
            12. Maslikhah
            Untuk mencapai cita-citanya H. Barkawi dalam menyebarkan ajaran Islam di Desa, pada tahun 1923 M maka anak pertama dan ke dua beliau yakni ( Bajuri dan M.Jupri ) dberangkatkan ke Pesantren Tremas Jawa Timur guna menimba ilmu agama.
Setelah pulang dari pondok pesantren Bajuri dan M. Jupri memulai mengajarkan ilmu agama di Tajug yang didirikan oleh kakeknya tersebut dan pada Tahun 1939 baru pertama kali didirikan sholat Jum’at di Desa Wiradesa.Karena sebelumnya masyarakat Islam desa Wiradesa dalam melaksanakan jamaah Sholat jum’at di Desa Kadipaten ( sebelah selatan desa Wiradesa ) atau di Desa Silirejio Kecamatan Tirto.






7

            Sholat Jum’at yang pertama kali itu dilaksanakan di Tajug milik ayahnya yang berukuran 7 M x 15 M bertindak sebagai Khotib sholat jum’at adalah M. Jupri dan bertindak sebagai Imanya adalah KH. Barkawi.
Setelah adanya sholat jum’at di Desa Wiradesa, maka semakin berkembang Islam di desa dengan bukti bahwa pada tahun 1941 berdirilah sebuah Masjid Pertama di desa yang di beri nama Masjid Raudlatul Mujahidin.
Masjid ini menjadi kebanggaan masyarakat, karena yang dulunya masyarakat dalam melaksanakan sholat jum’at itu harus ke luar desa, maka sejak itu tidak lagi.Sholat jum’at warga desa itu dulunya harus pergi ke Masjid desa lain yang jaraknya kurang lebih 2 KM yaitu di Desa Kadipaten Kecamatan Wiradesa kalau sebelah timur di Desa Silirejo Kecamatan Tirto ( harus melewati sungai sengkarang ) dengan menempuh perahu kecil ( dikenal dengan jukung )  dan kalu di desa Wiradesa sebelah utara harus menempuh jarak 2 KM yaitu di Desa Warulor Kecamatan Wiradesa.

            Perkembangan Islam di Desa Wiradesa sangat cepat, maka dalam kurun waktu dari tahun 1942 – 1950 berdirilah tajug – tajug yang terbuat dari kayu ( dulu dikenal dengan tajug panggung )  diantaranya :
  1. Tajug milik Bpk. Waspu
  2. Tajug milik Bpk. H.Kundono
  3. Tajug Milik H. Hamid
  4. Tajug milik Abdul Ghoni

Di bidang budaya Islam, Desa Wiradesa juga telah ada budaya dimaksud, saat itu sebagai sarana perkembangan ajaran Islam, diantaranya acara selamatan warga dalam hal perayaan peringatan hari agama Islam seperti maulud nabi dan rajaban.ada budaya yang berhubungan dengan sentuhan masyarakat langsung yakni acara selamatan bagi pasangan suami istri yang hamil pertama diadakan selamatan yang disbut tingkeban,dimana acara tersebut dibacakan sebuah cerita klasik tentang Dewi maryam dan nabi Yusuf as, cerita itu dalam bentuk bahasa






8

jawa yang dikenal dengan  Moco Pat. bila anak sudah  lahir 40 hari  diadakan membaca Al Barzanji .

            Dengan adanya acara selamatan – selamatan di desa, maka masyarakat semakin mengenal agama.Disamping Islam masuk dan menyentuh masyarakat dengaan budaya itu , pejuang-pejuang Islam kala itu seperti, KH. Barkawi dan anaknya ( Bajuri dan M.Jupri ) juga Nampak pula tokoh yang lain yaitu KH.Hasan putra dari H.Kundono.
H. Hasan sosok pemuda dari Desa Wiradaesa yang aktif mengaji di Desa Kradenan Kecamatan Buaran Pekalongan dengan Bapak KH. Thohir ( sepuh ) ayah dari KH.Abdul fatah, Eyang dari KH.Thohir ( muda ) waktu itu.
Hasil beliau ( KH.Hasan ) mengaji agama di Buaran, maka beliau mengajarkan agama Islam utamanya masalah Ubudiyah dan Tasawwuf.

            Didalam mengajarkan ajaran Islam pada anak-anak , maka pada tahun 1955 diirikan sebuah sarana Pendidikan setingkat Sekolah Dasar yang diberi nama Sekolah Rakyat Islam ( SRI ). Tokoh pendidikan saat itu seperti Bpk. Markum, Bapk. M. Chadliri.
Bangunan gedung SRI itu diwaktu pagi hari digunakan untuk SRI dan waktu sore hari digunakan untuk Madrasah Diniyyah.Namun saying SRI dan Madrasah tersebvut tidak berlangsung lama hanya sampai pada Tahun 1971, dikarenakan tahun itu banyak Partai Politik, utamanya partai politik yang didominasi orang Islam terjadi gejolak partai, disebabkan tahun itu Pemerintah mendirikan Partai Baru milik Pemerintah, sehingga para tokoh Pendidik kurang konsen dalam bidang penedidikan Islam.

            Kendati keadaan yang kurang meguntungkan dalam hal pendidikan, namun dibidang pembangunan musholla marak berdiri di berbagai dusun atau kelompok, terbukti era 1972- 1987 berdiri 7 ( tujuh ) tempat ibadah ,1 ( satu ) masjid , 6 ( enam ) musholla , dan Madrasah Diniyah Salafiyah ( MDS ) nyaris sampai tahun 1987 telah berdiri 2 ( dua ) masjid dan 11 (sebelas ) tajug/Musholla, dan 1 ( satu ) Madrasah Diniyah Salafiyah







9

            Selanjutnya perkembangan Islam mulai tahun 1988 – 1992 di desa Wiradesa meningkat baik pembangunan gedung tempat Ibadah dan Madrasah semakin banyak jumlahnya, diantaranya terbangun 7 ( tujuh ) musholla dan 2 ( dua ) Taman Pendidikan Al Qur’an /TPQ.
Dan kebaradaan Masjid, Musholla, MDS dan TPQ sampai saat makalah ini dibuat masih eksis, sehingga dapat penulis sampaikan sebagai berikut :
  1. Masjid Raudlatul Mujahidin berdiri Tahun1941
  2. Masjid Baitul Amin berdiri Tahun1975
  3. Musholla Thoriqul Iman berdiri Tahun1986
  4. Musholla Shirothol Muttaqin berdiri Tahun1983
  5. Musholla Al Ikhlas berdiri Tahun1979
  6. Musholla At Taubah berdiri Tahun1987
  7. Musholla Nurul Huda berdiri Tahun1966
  8. Musholla Al Masyhur berdiri Tahun1953
  9. Musholla Baitus Surur berdiri Tahun1957
  10. Musholla Al Hadi berdiri Tahun1983
  11. Musholla Al Khikmah berdiri Tahun1953
  12. Musholla Baitus Salam berdiri Tahun1981
  13. Musholla Babul Muttaqin berdiri Tahun1992
  14. Musholla Al Kasmuri berdiri Tahun1946
  15. Musholla Al Istiqomah berdiri Tahun1942
  16. Musholla Al Khadliri berdiri Tahun1993
  17. Madrasah Diniyah Salafiyah berdiri Tahun1982
  18. Taman Pendidikan Al Qur’an berdiri Tahun1993

Dari perkembangan sampai saat penulis susun disamping ada Masjid, Musholla, MDS dan TPQ berdiri pula Majlis Taklim-Majlis Taklim di Desa Wiradesa Kabupaten Pekalongan.








10

BAB III
PENUTUP

Dari penelusuran penulis di Desa Wiradesa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Islam masuk desa Wiradesa pada abad 16 yang dibawa oleh seorang utusan Sultan Banten bernama Syekh Tholabudin ( makamnya di Desa Masin warungasem Batang )
2. Masuknya Islam di Desa Wiradesa dengan cara perkawinan.
3. Perkembangan Islam dengan cara ;
     a. Mengajarkan agama dari rumah ke rumah.
     b. Melalui acara adat desa seperti tingkeban tahlilan, dan sedekah bumi.
c. Anak para pejuang Islam dikirim ke Pondok Pesantren di Jawa Timur untuk meninmba ilmu agama sepulang dari Pondik Pesantren agar dikembangkan di desa.
d.Membangun tempat ibadah, seperti tajug, musholla , masjid dan tempat pendidikan ( MDS, TPQ dan Majlis Taklim.
e. Tajug, musholla disamping sebagai tempat ibadah juga digunakan untuk mengaji ilmu agama.



















11

SUMBER DATA

Data diperoleh hasil wawancara dengan nara sumber :
1. KH.M. CHADLIRI ( warga Rt.17 Rw.04 )
    Tokoh ulama, anak KH. Barkawi dan cucu dari KH. Faqih
    Wawancara dilaksanakan pada tanggal 10 Pebruari 2011
                                                                                    Ketua RT.17 Rw.04


            KH. M. CHADLIRI                                      M. SUBKHI                          

2. H. SLAMET ABDUSSALAM ( warga Rt.17 Rw.04)
    Tokoh Masyarakat,penggiat pembangunan gedung SRI, Masjid dan MDS
    Wawancara dilaksanakan pada tanggal 12 Pebruari 2011
                                                                                    Ketua RT.17 Rw.04


            H. SLAMET ABDUSSALAM                    M. SUBKHI              

3. H. M. KURDI
    Mantan Pamong Desa , aktif  Tahun 1953-2009
    Wawancara dilaksanakan pada tanggal 13 Pebruari 2001
                                                                                    Kepala Desa Wiradesa



            H. M. KURDI                                                H. SUPONO

Makalah ditulis oleh ASRORI ANAS
Tanggal 14 Pebruari  2011 M = 11 Robiul awal 1432 H

No comments:

Post a Comment