MASUKNYA ISLAM DI DESA WIRADESA
KECAMATAN WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN
PROPINSI JAWA TENGAH
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam
Dosen
Pengampu : Drs. IBNU HAJAR

Disusun
oleh :
NAMA : ANAS ASRORI
NIM : 200716150
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SHOLAHUDIN AL
AYYUBI STAISA JAKARTA
TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrokhmanirrokhim
Alkhmadulillahirobbil alamin,
penulis panjatkan kehadlirat Allah swt yang telah memberikan penulis petunjuk Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dalam
rangka memenuhi tugas yang diberikan tugas oleh Dosen dengan mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam ( SPI ).
Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis didalam menyusun
sebuah makalah yang dapat menjadi acuan dasar Islam masuk di desa penulis.
Untuk itu ucapan
terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada :
1. Bapak. KH. M. Chadliri,H.Slamet
Abdus Salam dan H.M. Kurdi sesepuh desa Wiradesa yang telah berkenan menjadi nara sumber makalah ini.
2. Bapak. Drs. Ibnu Hajar sebagi dosen pengampu mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah membekali penulis bimbingan, sehingga
penulis dapat meneyelesaikan penulisan makalah ini.
3. Sahabat-sahabat
penulis yang telah banyak memberikan motivasi dan doanya.
Kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini, penulis berikan penghargaan yang
setinggi-tingganya dan semoga menjadi amal kebaikan mereka sehingga mendapatkan
pahala dari Allah swt, amin.
Harapan penulis semoga makalah yang
berjudul “ MASUKNYA ISLAM DI DESA WIRADESA KECAMATAN WIRADESA KABUPATEN
PEKALONGAN PROPINSI JAWA TENGAH“ ini bermanfaat bagi semua yang berkenan
membacanya.
Akhirnya penulis menyadari, bahwa makalah
ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharap saran dan kritik
demi kesempurnaan makalah ini.Atas kekurang sempuranaan ini penulis mohon maaf
yang sebasar-besarnya.
Wiradesa, 15
Pebruari 2011
Penulis,
M. ASRORI
NIM
: 20017 16150
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………i
HALAMAN KATA
PENGANTAR………………………………………………ii
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………..iii
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………………1
A. Latar Belakang ……………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah ………………………………… ………………...1
BAB II : PEMBAHASAN ………………………………………………………..3
A. Letak geografis
………………………………………………………………..3
B. Islam masuk
…………………………………………………………………..3
C. Perkembangan Islam
………………………………………………………….5
BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………10
A.
Kesimpulan……………………………………………………………………10
B. Sumber Data
………………………………………………………………….11
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melacak sejarah masuknya Islam di Desa Wiradesa Kecamatan Wiradaesa
Kabupaten pekalongan bukanlah urusan yang mudah.Tidak banyak jejak peninggalan
yang bisa dilacak.Ada beberapa pertanyaan awal yang bisa diajukan untuk
menelusuri kedatangan Islam di Desa Wiradesa. Beberapa pertanyaan itu adalah
;dari mana Islam datang ?, Siapa yang membawanya ? dan Kapan datangnya ?
Tidak ada buku yang ditulis, tidak ada peninggalan dari para pembawa
ajaran Islam yang ditinggalkan kalaupun ada sekarang sudah punah,nyaris tidak
ada sama sekali, sehingga didalam penulis menelusuri jejak islam di Desa
Wiradesa mengalami tingkat kesulitan yang luar biasa. Namun berkat penelusuran
penulis dengan cara minta keterangan-keterangan para sesepuh Desa Wiradesa,maka
penulis dapat menjelaskan hasil penelusuran dimaksud walaupun sangat jauh dari
sempurna.Setidaknya tulisan penulis ini dapat dijadikan suatu pijakan tonggak
sejarah adanya Islam di Desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan.
Oleh karena itu berdasarkan latar
belakang tersebut penulis menelusuri jejak peninggalan Islam yang masih ada dan
meminta keterangan kepada para sesepuh desa yang dapat penulis temui sebagai
bahan penulisan.
B. Rumusan masalah
Adalah menjadi penting untuk
mengetahui Islam masuk di desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan
Propinsi Jawa Tengah,karena hal tersebut menjadi sumber sejarah masuknya Islam
di desa itu dan situs
2
peninggalannya
yang semestinya dapat diketahui secara umum oleh masyarakat dan dapat
dilestarikan.
Berdasarkan latar belakang tersebut
maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut ;
1. Kapan Islam itu datang ?
2. Siapa yang membawa ajaran Islam itu ?
3. Dengan cara apa Islam masuk di Desa Wiradesa
Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah ?.
4. Adakah peninggalan dan situs zaman Islam awal
masuk ?
5. Bagaimana perkembangan Islam dari awal masuk
sampai saat ini ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis
Bahwa Desa Wiradesa Kecamatan
Wiradesa Kabupaten pekalongan terletak di daerah Pantura ( pantai utara ),
yakni ;
1. 10 KM dari Pantai utara Pulau Jawa
2. 3 KM dari Ibukota Kecamatan
3. 18 KM dari Ibukota Kabupaten
4. 110 KM dari Ibukota Propinsi
5. 380 KM dari Ibukota Negara
Dari letak geografis desa yang tidak jauh dari jangkauan transportasi
baik darat dan laut, maka menjadi sangat mudah akses masuknya Islam di Desa
Wiradesa.
Letak yang
sangat setrategis itulah para pejuang Islam dengan mudah membawa ajaran Islam
masuk di desa Wiradesa.
B. Masuknya
Islam di Desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa
Tengah.
Untuk
mengetahui kapan islam mulai masuk di
Desa Wiradesa Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah ?
Pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab secara pasti karena tidak ada bukti
tertulis yang menyebutkan secara pasti. Untuk itu penulis hanya dapat
memperkirakan berdasarkan beberapa bukti yang dapat ditemukan dan penuturan
para sesepuh desa.
Bahwa Islam masuk di Desa Wiradesa
Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah yakni setelah
pesatnya Islamisasi di Indonesia yakni setelah abad 14 M – 15 M , yaitu pada
abad 16 M, antara lain disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh
kerajaan-kerajaan Hindu Budha di
4
Nusantara.
Kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk. Islam datang dengan jalan damai ,
tidak dengan perang, tidak dengan merebut kekuasaan. Islam masuk dengan cara
yang benar-benar menunjukkan sebagai rohmatan
lil’alamin.
Menurut penuturan para tokoh dan
sesepuh desa bahwa Islam masuk di desa Wiradesa pada abad 16 M dibawa oleh
Syekh Tholabuddin merupakan utusan dari
sultan Banten ( saat itu Syekh Hasanudin
)
Syekh Tholabudin
datang ke Pekalongan yang dituju adalah
ke Kajen dengan membawa sebuah misi, yang menurut
nara sumber
tidak mengetahui secara pasti tujuan kedatangan syekh Tholabudin tersebut.
Pada wakktu itu
desa Wiradesa penduduknya masih memeluk agama Hindu Budha dan animisme,
dinamisme bahkan ada agama bernama agama Sri, yang sampai saat ini ajaran
ajaran Sri tersebut masih berjalan dalam hal adat istiadat yang dikenal dengan Sedekah Bumi.
Syekh Tholabudin akhirnya kawin
dengan perawan desa Wiradesa ( tidak
diketahui siapa namanya ). Dari hasil perkawinananya menurunkan anak
keturunan dengan silsilah sebagai berikut :
KH. Barkawi bin
KH.Faqih bin KH.Saripin bin KH.Jamal bin KH. Jamil bin Kyai Syamsudin bin Syekh
Tholabudin
Syekh Tholabudin meninggal dunia dan
makamnya berada di Desa Masin Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang.
Penulis hanya bisa mendapatkan
keterangan masuknya Islam di Desa Wiradesa dimulai pada zaman KH. Faqih.
KH.Faqih setelah
mendapatkan ilmu agama dari ayah dan kakeknya , beliau meneruskan perjuangan
orang tuanya dengan mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat, dan pada tahun
1890 M mendirikan Tajug ( sekarang
musholla ) berukuran 5 M x 7 M sebagai wahana untuk sholat berjamaah dan sebagai
wahana / tempat menempa ilmu agama, namun tidak banyak masyarakat yang sholat
berjamaah di Tajug itu karena masyarakat Desa Wiradesa masih kental dengan
kepercayaan dan keyakinannya yaitu animisme dan dinamisme.
5
Pada tahun 1900
di tempat berbeda ( dukuh Secumpleng ) ada seorang bernama Kundono ( setelah
berangkat Haji maka namanya diganti dengan sebutan Haji Abdul Gani ) yang
sangat peduli dengan Islam, maka didirikan pula Tajug
KH. Faqih kawin
dengan seorang perempuan desa Wiradesa yang dikenal dengan sebutan Nyai Pin dari hasil perkawinannya
lahirlah 3 ( tiga ) orang anak :
1. Jambari
2. Mariyah
3. Juwahir ( KH.
Barkawi )
C. Perkembangan Islam di Desa Wiradesa
Dari KH.Faqih dan Nyai Pin inilah
Islam di Desa Wiradesa mulai berkembang dengan pesat dari keluarga satu ke
keluarga yang lain dan juga dari proses perkawinan.
Ke Tiga anak
KH.Faqih tersebut mempunyai keahlian dan cara sendiri dalam menyebarkan Islam.
Anak pertama
bernama Jambari setelah mendapatkan ilmu dari ayah dan kakeknya dia ( jambari ) menyebarkan Islam dengan cara
membekali diri ( mempelajarai ilmu beladiri, kanuragan dan kasaktian ).
Suatu ketika
Jambari dalam kehidupannya pernah diadu kesaktiaanya dengan orang Cina yang
bukan islam, dengan persyaratan kalau Jambari bisa mengalahkan Orang Cina
tersebut , maka Orang Cina itu akan masuk Islam.
Perkelahian dan
adu kesaktian berlangsung di Tegal, Karena Cina itu orang Tegal.Dengan bekal
ilmu bela diri yang Jambari punya maka orang Cina tersebut dengan mjudahnya
dikalahkan oleh Jambari.Sejask itu Orang Cina itu masuk Islam.
Sedang Mariyah anak ke dua dari
KH.Faqih, dia dipersuntinmg oleh orang dari desa tetangga yaitu pemuda dari
Desa Silirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.
Adapun anak KH.Faqih yang ketiga
bernama KH.Barkawi.
6
KH.Barkawi
dulunya bernama Juwahir, setelah berangkat Haji ke Tanah Suci, maka namanya
diganti dengan nama Barkawi.Seperti halnya Jambari, Barkawi menimba ilmu dari
ayah dan kakeknya. Dengan bekal ilmu yang dimiliki, beliau meneruskan perjuangan
ayah dan kakeknya yaitu mengajarkan ilmu agama pada
masyarakat desa
Wiradesa di Tajug satu-satunya itu dengan dibantu oleh seorang lebe bernama
Mukhayat.
Barkawi kawin dengan seorang
perempuan bernama Marjonah, dari perkawinannya beliau mempunyai anak 12 ( dua
belas ) orang :
1. Bajuri
2. Maemunah
3. M. Jupri
4. Jahro
5. Mashadi
6. M.Sohari
7. Dimyati
8. M.Chadiri
9. Khudlori
10. Agus Kholik
11. Khumaedi
12. Maslikhah
Untuk mencapai cita-citanya H.
Barkawi dalam menyebarkan ajaran Islam di Desa, pada tahun 1923 M maka anak
pertama dan ke dua beliau yakni ( Bajuri
dan M.Jupri ) dberangkatkan ke Pesantren Tremas Jawa Timur guna menimba
ilmu agama.
Setelah pulang
dari pondok pesantren Bajuri dan M. Jupri memulai mengajarkan ilmu agama di
Tajug yang didirikan oleh kakeknya tersebut dan pada Tahun 1939 baru pertama kali didirikan sholat Jum’at di Desa Wiradesa.Karena
sebelumnya masyarakat Islam desa Wiradesa dalam melaksanakan jamaah Sholat
jum’at di Desa Kadipaten ( sebelah
selatan desa Wiradesa ) atau di Desa Silirejio Kecamatan Tirto.
7
Sholat Jum’at yang pertama kali itu
dilaksanakan di Tajug milik ayahnya yang berukuran 7 M x 15 M bertindak sebagai
Khotib sholat jum’at adalah M. Jupri dan bertindak sebagai Imanya adalah KH.
Barkawi.
Setelah adanya
sholat jum’at di Desa Wiradesa, maka semakin berkembang Islam di desa dengan
bukti bahwa pada tahun 1941 berdirilah sebuah Masjid Pertama di desa yang di
beri nama Masjid Raudlatul Mujahidin.
Masjid ini
menjadi kebanggaan masyarakat, karena yang dulunya masyarakat dalam
melaksanakan sholat jum’at itu harus ke luar desa, maka sejak itu tidak
lagi.Sholat jum’at warga desa itu dulunya harus pergi ke Masjid desa lain yang
jaraknya kurang lebih 2 KM yaitu di Desa Kadipaten Kecamatan Wiradesa kalau
sebelah timur di Desa Silirejo Kecamatan Tirto ( harus melewati sungai sengkarang ) dengan menempuh perahu kecil ( dikenal dengan jukung ) dan kalu di desa Wiradesa sebelah utara harus
menempuh jarak 2 KM yaitu di Desa Warulor Kecamatan Wiradesa.
Perkembangan Islam di Desa Wiradesa
sangat cepat, maka dalam kurun waktu dari tahun 1942 – 1950 berdirilah tajug –
tajug yang terbuat dari kayu ( dulu
dikenal dengan tajug panggung )
diantaranya :
- Tajug milik Bpk. Waspu
- Tajug milik Bpk. H.Kundono
- Tajug Milik H. Hamid
- Tajug milik Abdul Ghoni
Di bidang budaya Islam, Desa Wiradesa juga telah ada budaya dimaksud,
saat itu sebagai sarana perkembangan ajaran Islam, diantaranya acara selamatan
warga dalam hal perayaan peringatan hari agama Islam seperti maulud nabi dan
rajaban.ada budaya yang berhubungan dengan sentuhan masyarakat langsung yakni
acara selamatan bagi pasangan suami istri yang hamil pertama diadakan selamatan
yang disbut tingkeban,dimana acara
tersebut dibacakan sebuah cerita klasik tentang Dewi maryam dan nabi Yusuf as,
cerita itu dalam bentuk bahasa
8
jawa yang
dikenal dengan Moco Pat. bila anak sudah
lahir 40 hari diadakan membaca Al
Barzanji .
Dengan adanya acara selamatan –
selamatan di desa, maka masyarakat semakin mengenal agama.Disamping Islam masuk
dan menyentuh masyarakat dengaan budaya itu , pejuang-pejuang Islam kala itu
seperti, KH. Barkawi dan anaknya ( Bajuri dan M.Jupri ) juga Nampak pula tokoh
yang lain yaitu KH.Hasan putra dari H.Kundono.
H. Hasan sosok
pemuda dari Desa Wiradaesa yang aktif mengaji di Desa Kradenan Kecamatan Buaran
Pekalongan dengan Bapak KH. Thohir ( sepuh
) ayah dari KH.Abdul fatah, Eyang dari KH.Thohir ( muda ) waktu itu.
Hasil beliau (
KH.Hasan ) mengaji agama di Buaran, maka beliau mengajarkan agama Islam
utamanya masalah Ubudiyah dan Tasawwuf.
Didalam mengajarkan ajaran Islam
pada anak-anak , maka pada tahun 1955 diirikan sebuah sarana Pendidikan
setingkat Sekolah Dasar yang diberi nama Sekolah Rakyat Islam ( SRI ). Tokoh
pendidikan saat itu seperti Bpk. Markum, Bapk. M. Chadliri.
Bangunan gedung
SRI itu diwaktu pagi hari digunakan untuk SRI dan waktu sore hari digunakan
untuk Madrasah Diniyyah.Namun saying SRI dan Madrasah tersebvut tidak
berlangsung lama hanya sampai pada Tahun 1971, dikarenakan tahun itu banyak
Partai Politik, utamanya partai politik yang didominasi orang Islam terjadi
gejolak partai, disebabkan tahun itu Pemerintah mendirikan Partai Baru milik
Pemerintah, sehingga para tokoh Pendidik kurang konsen dalam bidang penedidikan
Islam.
Kendati keadaan yang kurang
meguntungkan dalam hal pendidikan, namun dibidang pembangunan musholla marak
berdiri di berbagai dusun atau kelompok, terbukti era 1972- 1987 berdiri 7 (
tujuh ) tempat ibadah ,1 ( satu ) masjid , 6 ( enam ) musholla , dan Madrasah
Diniyah Salafiyah ( MDS ) nyaris sampai tahun 1987 telah berdiri 2 ( dua )
masjid dan 11 (sebelas ) tajug/Musholla, dan 1 ( satu ) Madrasah Diniyah
Salafiyah
9
Selanjutnya perkembangan Islam mulai
tahun 1988 – 1992 di desa Wiradesa meningkat baik pembangunan gedung tempat
Ibadah dan Madrasah semakin banyak jumlahnya, diantaranya terbangun 7 ( tujuh )
musholla dan 2 ( dua ) Taman Pendidikan Al Qur’an /TPQ.
Dan kebaradaan
Masjid, Musholla, MDS dan TPQ sampai saat makalah ini dibuat masih eksis,
sehingga dapat penulis sampaikan sebagai berikut :
- Masjid Raudlatul Mujahidin berdiri Tahun1941
- Masjid Baitul Amin berdiri Tahun1975
- Musholla Thoriqul Iman berdiri Tahun1986
- Musholla Shirothol Muttaqin berdiri Tahun1983
- Musholla Al Ikhlas berdiri Tahun1979
- Musholla At Taubah berdiri Tahun1987
- Musholla Nurul Huda berdiri Tahun1966
- Musholla Al Masyhur berdiri Tahun1953
- Musholla Baitus Surur berdiri Tahun1957
- Musholla Al Hadi berdiri Tahun1983
- Musholla Al Khikmah berdiri Tahun1953
- Musholla Baitus Salam berdiri Tahun1981
- Musholla Babul Muttaqin berdiri Tahun1992
- Musholla Al Kasmuri berdiri Tahun1946
- Musholla Al Istiqomah berdiri Tahun1942
- Musholla Al Khadliri berdiri Tahun1993
- Madrasah Diniyah Salafiyah berdiri Tahun1982
- Taman Pendidikan Al Qur’an berdiri Tahun1993
Dari perkembangan
sampai saat penulis susun disamping ada Masjid, Musholla, MDS dan TPQ berdiri
pula Majlis Taklim-Majlis Taklim di Desa Wiradesa Kabupaten Pekalongan.
10
BAB III
PENUTUP
Dari penelusuran
penulis di Desa Wiradesa dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Islam masuk desa Wiradesa pada abad 16 yang dibawa
oleh seorang utusan Sultan Banten bernama Syekh Tholabudin ( makamnya di Desa
Masin warungasem Batang )
2. Masuknya Islam di Desa Wiradesa dengan cara
perkawinan.
3. Perkembangan Islam dengan cara ;
a.
Mengajarkan agama dari rumah ke rumah.
b. Melalui
acara adat desa seperti tingkeban tahlilan, dan sedekah bumi.
c. Anak para pejuang Islam dikirim ke Pondok
Pesantren di Jawa Timur untuk meninmba ilmu agama sepulang dari Pondik
Pesantren agar dikembangkan di desa.
d.Membangun tempat ibadah, seperti tajug, musholla ,
masjid dan tempat pendidikan ( MDS, TPQ dan Majlis Taklim.
e. Tajug, musholla disamping sebagai tempat ibadah
juga digunakan untuk mengaji ilmu agama.
11
SUMBER DATA
Data diperoleh
hasil wawancara dengan nara
sumber :
1. KH.M. CHADLIRI ( warga Rt.17 Rw.04 )
Tokoh ulama, anak KH. Barkawi dan cucu dari
KH. Faqih
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 10
Pebruari 2011
Ketua
RT.17 Rw.04
KH.
M. CHADLIRI M.
SUBKHI
2. H.
SLAMET ABDUSSALAM ( warga Rt.17 Rw.04)
Tokoh Masyarakat,penggiat pembangunan
gedung SRI, Masjid dan MDS
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 12
Pebruari 2011
Ketua
RT.17 Rw.04
H.
SLAMET ABDUSSALAM M. SUBKHI
3. H. M. KURDI
Mantan Pamong Desa , aktif Tahun 1953-2009
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 13
Pebruari 2001
Kepala
Desa Wiradesa
H.
M. KURDI H.
SUPONO
Makalah
ditulis oleh ASRORI ANAS
Tanggal
14 Pebruari 2011 M = 11 Robiul awal 1432
H
No comments:
Post a Comment